[SO] Super Family #16 – Warisan untuk Masa Depan Anak Anda

Weekly Super Family Newsletter Edisi #16
Website: www.sekolahorangtua.com
Misi Sekolah Orangtua: Membangun keluarga yang sukses, harmonis dan bahagia

1) Wisdom Quotes


Warisan terbaik dalam hidup seorang anak bukanlah harta benda atau bersekolah di sekolah mahal dan penuh fasilitas, melainkan harga diri sehat yang telah kita bina di tahun-tahun awal masa tumbuh kembangnya


2) Weekly Super Family Articles

Sadarkah kita bahwa nilai yang baik dan bersekolah di sekolah favorit belum menjamin kesuksesan hidup dari anak tercinta kita ?
Sadarkah bahwa warisan berupa harta tidak menjamin kebahagiaan anak kita dalam hidupnya ?
Tahukah Anda bahwa perasaan berharga tentang diri sendirilah yang dapat menjamin kelangsungan hidup seorang anak di masa depan ?
Perasaan diri berharga merupakan jaminan bagi setiap orang untuk berani menyongsong tantangan hidup yang ada di depannya. Berkomunikasi dengan benar dan baik akan membantu anak kita menemukan jati dirinya yang sesungguhnya. Perlakuan yang menghormati diri anak akan membantu anak untuk merasa berharga atas diri mereka sendiri.
Marilah kita berbicara dari hati ke hati  sehingga anak kita memahami bahwa ia dicintai.
Marilah kita membangun persepsi yang benar untuk membantu anak melihat kembali hidup yang akan dijalaninya.
Marilah kita memberikan ciuman selamat pagi pada anak kita untuk memberinya semangat menghadapi hari ini dan esok hari.
Dengan maksud mengingatkan : Sudahkah kita memberikan ciuman selamat pagi pada anak kita? Juga pada pasangan kita?

[SO] Super Family #14 – Bagaimana Persepsi Anda Selama Ini Terhadap Anak Anda?

[SO] Super Family #14 – Bagaimana Persepsi Anda Selama Ini Terhadap Anak Anda?

Inbox


Weekly Super Family Newsletter Edisi #14
Website:www.sekolahorangtua.com
Misi Sekolah Orangtua: Membangun keluarga yang sukses, harmonis dan bahagia

1) Wisdom Quotes


Persepsi yang berbeda akan membantu melihat anak kita dengan cara berbeda pula


2) Weekly Super Family Articles
Persepsi salah satu produk pikiran yang jika tidak diwaspadai akan menyetir keseluruhan perilaku kita. Melalui persepsi kita menilai apakah seseorang dapat digolongkan sebagai orang baik ataupun orang jahat. Melalui persepsi, kesalahpahaman seringkali terjadi.

Persepsi kita terhadap anak juga akan mempengaruhi bagaimana kita memperlakukan mereka. Perlakuan kita akan berakibat pada masa depan mereka. Masa depan mereka juga menentukan masa depan kita. Ketika mereka berhasil maka kita akan bahagia. Ketika mereka gagal maka kita akan turut sengsara memikirkannya.

Jika memiliki persepsi bahwa anak kita tergolong anak yang sulit dan lamban belajar, tentunya kita akan memeperlakukannya demikian. Kita akan memborbardir dia dengan les-les dan anjuran-anjuran untuk belajar serta mengurangi bermain.

Jika kita memiliki persepsi bahwa anak kita adalah anak yang pemalas. Tentunya kita akan berupaya segala cara agar anak kita menjadi rajin. Segala perilakunya akan kita nilai dari salah satu bentuk kemalasannya.

Jika kita memiliki persepsi bahwa anak kita sedang berproses dalam kehidupannya maka akan dengan mudah kita memaklumi kesalahannya dan membimbingnya menuju yang benar.

Ada suatu kisah tentang seorang ibu yang kelelahan setelah berbelanja kebutuhan sehari-hari. Ketika tiba di rumah, beliau dikejutkan dengan laporan anak tertuanya yang mengatakan bahwa adiknya telah mencorat-coret tembok rumah dengan crayon barunya. Si ibu menjadi sangat marah karena tembok rumah  baru saja selesai dicat dengan warna yang baru. Dengan perasaan marah, si ibu meminta kakak untuk menunjukkan dimana adiknya dan coretan itu berada. Tentu saja dengan senang hati dan penuh kemenangan si kakak menujukkannya pada ibu.

Sesampai ditempat yang dituju, si ibu tidak dapat berkata apa-apa. Ia hanya diam terpaku dan matanya mulai berkaca-kaca ketika ia membaca coretan yang tertera ditembok kamar tidurnya “IBU, AKU MENCINTAIMU”.

Persepsi awal si ibu adalah adik sedang berperilaku nakal karena mencoret-coret tembok. Namun saat ia membaca tulisan di tembok berubahlah persepsinya – coretan itu merupakan ungkapan rasa sayang sang anak pada dirinya. Dan si ibu langsung berubah sikap dan tidak dapat berbuat apa-apa.

Bagaimana membentuk persepsi yang benar ? Sadari semuanya, hanya itu! Sadarilah ketika kita berpikir dan merasa, persepsi apa yang melatarbelakangi pemikiran tersebut. Cobalah memperlambat reaksi kita agar dapat melihat dan merasakan dengan jelas apa yang  melintas di pikiran kita.

Kedekatan Fisik Tidak Sama dengan Kedekatan Emosional

Posted by

family2.jpg Ibu Ani, bukan nama sebenarnya, kebingungan menghadapi anaknya yang baru saja kelas 1 SD. Tingkah lakunya menjadi susah dikontrol dan sering dimarahi guru di kelas. Ia dilaporkan sering berjalan-jalan di kelas mengganggu teman-temannya ketika pelajaran berlangsung. Di rumah pun demikian, adiknya tak pernah lolos dari gangguannya. Hal ini terjadi sejak ia mulai masuk kelas 1 SD. Selain itu motivasi belajarnya juga naik turun namun banyak turunnya.

Sampai suatu saat guru kelasnya angkat tangan dan menyarankan orangtuanya untuk pergi ke psikolog dan melakukan tes IQ. Setelah beberapa hari keluarlah hasil tes yang dimaksud yang menyatakan bahwa si Erik, anak Ibu Ani, normal-normal saja. IQ nya 122 skala Weschler. Saran dari tes tersebut adalah Erik perlu pendampingan yang lebih konsisten dan diperhatikan kebutuhan emosionalnya.

Saudara Ibu Ani, teman baik saya, menyarankan Ibu Ani pergi menemui saya sekedar untuk mendapatkan wawasan dan bertukar pikiran. Singkat cerita saya pun menemui Ibu Ani, suaminya dan teman saya tersebut, sekaligus melepas rindu karena lama tak ngobrol lagi dengannya sejak kami berpisah sewaktu lulus SMA.

Setelah membaca hasil tes IQ Erik saya bertanya pada Ibu Ani beberapa hal. Ibu Ani tidak bekerja, ia sebagai ibu rumah tangga yang sehari-hari mengurus pekerjaan rumah tangga dan 2 orang anaknya. Ia mengeluh mengapa waktu yang ia curahkan untuk si Erik seakan kurang. Apalagi sejak kelahiran adiknya maka si Erik suka sekali mencari perhatian dengan melakukan berbagai hal yang aneh-aneh.

Satu hal yang perlu kita sadari tentang kedekatan orangtua dengan anak. Banyak orang mengartikan kedekatan orangtua dengan anak hanyalah kedekatan secara fisik. Seperti suami Ibu Ani, ketika saya tanya berapa banyak waktu yang ia curahkan pada Erik secara rata-rata dalam sehari. Ia mengatakan bahwa setiap pulang kerja ia selalu menemani Erik. Dan itu terjadi hampir tiap hari kecuali kalau ada tamu.

Kemudian saya menggali lebih dalam lagi untuk tahu apa yang ia lakukan sewaktu bersama Erik. Ia pun menjawab bahwa mereka berdua nonton TV. “Oke saya harap anda berdua menonton film edukasi bagi si Erik, jangan nonton sinetron yang banyak adegan kekerasan, manipulasi, iri dan dengki”, kata saya.

“Lha mana bisa Pak, Papanya suka nonton sinetron kok!”, sahut Ibu Ani tiba-tiba.

“Oke Pak, kalau begitu bolehkah saya tahu satu hal lagi? Apakah yang Bapak lakukan sewaktu nonton TV dengan Erik?”, tanya saya lebih spesifik pada suami Ibu Ani.

“Ehm, ya nonton aja Pak sambil terkadang peluk Erik”, katanya.
Dan saya pun segera bisa menebak apa yang kurang pada si Erik. Kedua orangtua Erik hanya dekat secara fisik dengan anak mereka namun tidak ada keterlibatan emosi yang mendalam.

Kebanyakan orangtua bertindak sebagai “supervisor” bagi anaknya. Ketika sang anak pulang sekolah maka serentetan “pertanyaan rutin” dan bisa ditebak pasti meluncur menyerang si anak. Sambil menggandeng tangan anak maka muncullah pertanyaan semacam ini :

  • “Tadi ulangannya bisa atau tidak?”
  • “Ada PR atau tidak?”
  • “PR mu tadi benar atau tidak?”
  • “Besok ulangan apa?”
  • “Makanannya tadi habis atau tidak?”
  • “Kamu tadi nakal atau tidak?”
  • “Kamu tadi dihukum atau tidak?”

Dan terjadilah percakapan mekanis yang berulang dari hari ke hari selama anak itu sekolah. Bisa jadi itu pertanyaan yang sama yang akan diucapkan pertama kali saat anak pulang sekolah dari SD sampai SMU. Dan inilah yang sering dimaksud oleh para orangtua dengan “kedekatan dengan anak”. Ya …… memang itu kedekatan tapi lebih banyak kedekatan secara fisik saja.

Sama juga dengan ketika memandikan anak, mengajaknya nonton VCD bersama atau mengajaknya jalan-jalan. Ada yang melakukannya dengan sepenuh hati sambil bercakap-cakap santai dengan si anak ada juga yang hanya sekedar melakukan hal itu semata-mata karena kita memang harus melakukannya. Bukan dengan sepenuh hati.

Lalu bagaimana caranya agar kedekatan kita bermakna bagi anak? Pastikan kita mengetahui apa yang ia rasakan. Katakan pada anak sewaktu ia pulang sekolah “Halo Sayang, bagaimana harimu? Apa yang kamu rasakan hari ini? Bersemangat atau gembira atau tak sabar menanti hari esok karena ada suatu kejutan?”

Setelah ia menanggapi jangan berusaha menasehati apapun, cukup dengarkan saja. Kalau ia mengatakan sesuatu yang positif maka katakan “Wow, Mama/Papa ikut senang mendengarkan pengalamanmu hari ini. Terus … terus apa lagi?”

Kalau ia mengatakan sesuatu yang negatif cukup katakan,”Oh, Mama/Papa ikut sedih mendengar hal itu. Mama/Papa juga pernah mengalami perasaan seperti itu. Kamu mau mendengar bagaimana Mama/Papa mengatasi perasaan itu?” Dan kemudian ceritakan tanpa bermaksud menggurui. Setelah itu berikan pelukan hangat padanya.

Ingatlah sewaktu mendengarkan anak bercerita atau mengungkapkan perasaanya maka pastikan kita tak melakukan apapun atau mengerjakan apapun. Tatap matanya dan dengarkan dengan penuh perhatian. Jika ada telepon dan itu bisa ditunda cobalah untuk tidak menanggapinya terlebih dahulu jika memang Anda memandang anak lebih penting. Dalam hati terdalam seorang anak ia ingin dinomorsatukan oleh papa atau mamanya.

Selain itu perhatikan tangki emosional anak kita. Tangki emosional atau tangki cinta ini kita penuhi melalui bahasa cinta yang tepat. Ada lima bahasa cinta yang bisa kita berikan pada anak tergantung mana yang dominan. Kelimanya adalah layanan, kata-kata pendukung, hadiah, sentuhan fisik, dan waktu berkualitas. Jika tangki emosional seorang anak penuh maka ia mudah diajak kerja sama dan mudah menurut serta memiliki motivasi tinggi.

(Sumber: http://www.sekolahorangtua.com/2008/05/20/kedekatan-fisik-tidak-sama-dengan-kedekatan-emosional/?utm_source=getresponse&utm_medium=email&utm_campaign=sosuperfamily&utm_content=%5BSO%5D+Super+Family+%2312+-++Sudahkah+Anda+Menyapa++Anak+Anda+Hari+Ini%3F)

[SO] Super Family #12 – Sudahkah Anda Menyapa Anak Anda Hari Ini?

Weekly Super Family Newsletter Edisi #12
Website: www.sekolahorangtua.com
Misi Sekolah Orangtua: Membangun keluarga yang sukses, harmonis dan bahagia

1) Wisdom Quotes

Hadiah terbesar untuk anak kita adalah kesediaan untuk memberikan waktu berharga kita kepada mereka!


2) Weekly Super Family Articles Sudahkah kita menyapa anak kita hari ini?

Sudahkah kita menanyakan apakah ia bahagia hari ini?

Sudahkah kita memeluknya dan menyatakan rasa sayang kita?

Sudahkah kita bermain atau berbincang-bincang penuh konsentrasi dengannya?

Seorang anak tidak meminta sesuatu yang mewah dari kita. Anak hanya meminta perhatian dan kasih sayang kita sebagai orangtua. Ketika ia tidak mendapatkan keduanya maka mulailah ia mencari di luar keluarganya. Ia bisa mencari diantara teman-teman sekolahnya, mencari diantara guru-gurunya atau mencari diantara teman-teman se-gank-nya. Bersyukurlah jika ia mencari di tempat yang positif bukan di tempat yang salah yang bisa membuat orangtua mendapatkan serangan jantung.

Berbagai macam kasus kenakalan anak-anak dan remaja atau bahkan kegagalan hidup seorang manusia dewasa, biasanya bermula dari kurangnya perhatian dan kasih sayang dari 2 figur yang amat dicintai anak – ibu dan ayahnya. Pelampiasannya adalah dengan melakukan hal-hal yang bisa menarik perhatian orang dewasa di sekitarnya. Misalkan dengan berbuat onar, dengan tidak menjalankan kewajibannya, dengan mendekati narkoba dan lain-lain.

Mari luangkan waktu kita untuk menyapanya hari ini, untuk mengajaknya tersenyum sambil menyelami keadaanya hari ini. Niscaya, anak kita akan merasa dicintai. Perasaan dicintai inilah ylainang akan membantunya tegar menghadapi dunia. Selamat melakukan!

Weekly Super Family Newsletter Edisi #10

(Sumber: Website: www.sekolahorangtua.com )
Misi Sekolah Orangtua: Membangun keluarga yang sukses, harmonis dan bahagia

1) Wisdom Quotes


Sudah seribu kali aku mengatakannya, tetapi aku akan mengatakannya sekali lagi. Tidak ada pekerjaan yang lebih penting daripada menjadi orangtua – Oprah Winfrey


2) Weekly Super Family Articles
Apakah pekerjaan terpenting dan terhebat di dunia ? Apakah menjadi orangtua? Hmm… sepertinya begitu bukan?

Pernahkah kita bersyukur –  sekali saja –  karena telah menjadi orangtua bagi anak-anak kita? Mengingat ada beberapa pasangan yang menikah dan mengharapkan anak namun masih belum dikaruniai anak.

Baca lebih lanjut

SD YPS SINGKOLE: MORNING GYM

Salah satu kegiatan pagi di SD YPS Singkole, Sorowako, adalah morning gym. Morning gym dilakukan sekali dalam sebulan, setiap hari Kamis. Para siswa kelas 3 – 6 dan guru bersama-sama melakukan kegiatan senam. Senam yang dilakukan adalah senam bugar Indonesia dan gemu famire. Para siswa dan guru sangat menikmati kegiatan ini. Baca lebih lanjut

12 Peraturan Baik untuk Anak yang Jarang Diterapkan Orangtua Jaman Sekarang

Sharing dari: http://www.toktokwow.com/2014/10/12-peraturan-baik-untuk-anak-yang.html

Mungkin orangtua jaman sekarang tidak sanggup melihat anaknya sedikit marah dan kesal sehingga cenderung memberi anak-anaknya kebebasan, yang sayangnya, seringkali terlalu bebas. Ada baiknya anak-anak dikenalkan pada aturan agar ritme hariannya lebih teratur dan agar kelak juga bisa menyesuaikan diri dengan norma-norma di masyarakat.

1. Tidur pada waktu yang tepat

Seringkali orangtua menuruti keinginan bermain anaknya, walau itu berarti menunggu hingga larut malam. Padahal, tidur malam yang nyenyak sangat penting untuk perkembangan kecerdasannya. Ajak anak untuk tidur tepat waktu. Anak-anak pasti sulit diajak tidur pada awalnya, tapi kalau Anda konsisten, anak-anakpun akan lambat laun akan menuruti. Andapun bisa mendapatkan me time atau couple time bersama pasangan.

2. Jangan beri anak-anak kudapan manis setiap hari 

Baca lebih lanjut